I.
AMNIOTOMI
Pengertian Amniotomi
Amniotomi merupakan suatu tindakan untuk memecahkan ketuban
pada saat pembukaan sudah lengkap. Amniotomi dilakukan dengan cara memecahkan
ketuban baik di bagian bawah depan (fore
water) maupun dibagian belakang (hind water) dengan suatu alat khusus
(drewsmith catheter). Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti bagaimana
pengaruh amniotomi dalam merangsang timbulnya kontraksi rahim.
Istilah untuk menjelaskan penemuan cairan ketuban/selaput ketuban
Ada beberapa istilah dalam
nomenklatur kebidanan yang harus diketahui oleh
petugas kesehatan yang berhubungan dengan cairan selaput ketuban, yaitu:
- Utuh (U), membran masih utuh,
memberikan sedikit perlindungan kepada bayi uterus, tetapi tidak memberikan
informasi tentang kondisi
- Jernih (J),membran pecah dan tidak
ada anoksia
- Mekonium (M),cairan ketuban
bercampur mekonium, menunjukkan adanya anoksia/anoksia kronis pada bayi
- Darah (D),cairan ketuban bercampur
dengan darah, bisa menunjukkan pecahnya pembuluh darah plasenta, trauma pada
serviks atau trauma bayi
- Kering (K),kantung ketuban bisa
menunjukkan bahwa selaput ketuban sudah lama pecah atau postmaturitas janin.
Beberapa teori
mengemukakan bahwa :
a. Amniotomi dapat mengurangi beban
rahim sebesar 40% sehingga tenaga kontraksi rahim dapat lebih kuat untuk
membuka servik.
b. Amniotomi menyebabkan berkurangnya
aliran darah didalam rahim kira – kira 40 detik setelah
amniotomi dikerjakan, sehingga berkurangnnya oksigenesi
otot – otot rahim dan keadaan ini meningkatkan kepekaan otot
rahim
c. Amniotomi menyebabkan kepala
dapat langsung menekan dinding serviks dimana didalamnya terdapat banyak
syaraf – syaraf yang merangsang kontraksi rahim
d. Bila setelah amniotomi dikerjakan 6
jam kemudian, belum ada tanda – tanda permulaan persalinan, maka harus
diikuti dengan cara – cara lain untuk merangsang persalinan,
misalnya dengan infus oksitosin
e. Pada amniotomi perlu diingat
akan terjadinya penyulit – penyulit sebagai berikut :
·
Infeksi
·
Prolapsus
·
Gawat
janin
·
Tanda – tanda
solusio palsenta ( bila ketuban sangat banyak dan dikeluarkan secara tepat )
Jenis- Jenis Amniotomi
Ada 2 jenis amniotomi, yaitu :
a)
Amniotomi
untuk augmentasi. Ini sering dilakukan apabila persalinan spontan yang
berlangsung terlalu lambat. Berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari uji
coba klinis pada persalinan spontan dan dari induksi persalinan, besar
kemungkinan bahwa amniotomi akan meningkatkan kemajuan persalinan yang
disfungsional.
b)
Amniotomi
untuk induksi. Dilakukan untuk menstimulasi mulainya proses persalinan. Bisa
berupa amniotomi saja atau dikombinasikan dengan induksi yang lain seperti
oksitosin
Indikasi Amniotomi
- Amniotomi dilakukan jika ketuban
belum pecah dan serviks telah membuka sepenuhnya. Perlu diperhatikan indikasi
amniotomi pada plasenta previa
- Plasenta previa
lateralis/marginalis/letak rendah, bila tidak ada pembukaan.
- Pada primigravida dengan plasenta
previa lateralis/marginalis dengan pembukaan
> 4 cm
- Plasenta previa lateralis/marginalis
dengan janin yang sudah meninggal.
Persiapan Alat
a.
Persiapan
ibu dan keluarga
b.
Memastikan
kebersihan ibu, sesuai prinsip pencegahan infeksi (PI)
c.
Perawatan
sayang ibu
d.
Pengosongan
kandung kemih per 2 jam
e.
Pemberian
dorongan psikologis
f.
Persiapan
penolong persalinan
g.
Perlengkapan
pakaian
h.
Mencuci
tangan (sekitar 15 detik)
i.
Persiapan
peralatan
j.
Ruangan
k.
Penerangan
l.
Tempat
tidur
m.
Handscoon
n.
Klem setengah kocher
o.
Bengkok
p.
Larutan
klorin 0.5%
q.
Bak
instrumen
Tehnik Amniotomi
Berikut cara-cara melakukan
amniotomi yaitu :
1. Bahas tindakan dan prosedur bersama
keluarga
2. Dengar DJJ dan
catat pada Partograf
3. Bidan cuci
tangan
4. Gunakan
handscoon DTT
5. Diantara kontraksi, lakukan
Pemeriksaan Dalam (PD), Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan di masukkan
kedalam jalan lahir sampai sedalam kanalis servikalis, sentuh ketuban yang
menonjol, pastikan kepala telah engaged dan tidak teraba adanya tali pusat atau
bagian-bagian kecil lainnya (bila tali pusat dan bagian-bagian yang kecil dari
bayi teraba, jangan pecahkan selaput ketuban dan rujuk segera)
6. Pegang 1/2 klem kocher/kelly memakai
tangan yang lain, dan memasukkan kedalam vagina dengan perlindungan 2 jari
tangan kanan yang mengenakan sarung tangan hingga menyentuh selaput ketuban
dengan hati-hati. Setelah kedua jari berada dalam kanalis servikalis, maka
posisi jari diubah sedemikian rupa,sehingga
telapak tangan menghadap kearah atas.
7.
Saat
kekuatan his sedang berkurang tangan kiri kemudian memasukan pengait khusus
kedalam jalan lahir dengan tuntunan kedua jari yang telah ada didalam.Tangan
yang diluar kemudian memanipulasi pengait khusus tersebut untuk dapat
menusuk dan merobek selaput ketuban 1-2 cm hingga pecah (dengan menggunakan
separuh klem Kocher (ujung bergigi tajam, steril, dimasukkan ke kanalis
servikalis dengan perlindungan jari tangan)
8.
Biarkan
cairan ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan
9.
Tarik
keluar dengan tangan kiri 1/2 klem kocher/kelly dan rendam dalamlarutan klorin
0,5%. Tetap pertahankan jari-jari tangan kanan anda di dalam vagina untuk
merasakan turunnya kepala janin dan memastikan tetap tidak teraba adanya
tali pusat, setelah yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba tali pusat,
keluarkan jari tangan kanan dari vagina secara perlahan.
10. Evaluasi warna
cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau darah keluarnya mekonium atau air ketuban
yang bercampur mekonium pervaginam pada presentasi kepala merupakan gejala
gawat janin (fetal distress). Diduga ini sebagai hasil relaksasi spingter real
dan peristaltik yang bertambah sebagai akibat anoxis. Faktor-faktor
etiologisnya meliputi lilitan tali pusat,partus lama, toxemia gravidarum. Pada
sebagian kasus tidak diketahui penyebabnya insidensi keluarnya mekonium adalah
sekitar 5%. Kalau ini merupakan satu-satunya gejala maka kejadian lahir mati
(stillbirth) adalah jarang, tetapi jumlah bayi yang memerlukan resusitasi
lebih banyak dari pada insidensinya secara keseluruhan. Apabila terjadi
pengeluaran mekonium maka DJJ harus diamati dengan ketat. Kalau ada perubahan
yang berarti dalam irama dan frekuensinya maka mungkin diperlukan persalinan
segera untuk menyelamatkan bayinya. Meskipun demikian pengeluaran mekonium
sendiri bukan merupakan indikasi untuk penyelesaian persalinan secara operatif.
11. Celupkan tangan yang masih
menggunakan sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% lalu lepaskan sarung
tangan dalam kondisi terbalik dan biarkan terendam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
12. Cuci kedua tangan.
13. Periksa kembali Denyut Jantung
Janin (DJJ)
14. Catat pada partograf waktu
dilakukan pemecahan selaput ketuban, warna air ketuban dan DJJ.
Keuntungan Amniotomi
Ada beberapa keuntungan dari
amniotomi, yaitu :
1. Memungkinkan pengamatan atas cairan
amniotik terutama ada atau tidaknya mekonium, dimana pemantauan DJJ secara
terus menerus di indikasikan
2. Maka elektroda dapat diletakkaan
langsung ke atas kulit kepala janin, yang memungkinkan pelacakan yang lebih
baik dari pada yang diperoleh dengan menempatkan elektroda diatas abdomen ibu
3. Kateter perekam bisa ditempatkan di
dalam uterus dan dapat mengukur tekanan intrauterin secara langsung dan akurat
4. Lamanya persalinan bisa
diperpendek
5. Bukti-bukti yang ditemukan
akhir ini menunjukkan bahwa amniotomi dan stimulasi saluran genital bawah
menyebabkan peningkatan dalam prostaglandin, dan hal ini selanjutnya
menyempurnakan kontraksi uterus
6. Bagian terbawah janin yang
berguna sebagai tampon akan menekan plasenta yang berdarah dan perdarahan akan
berkurang/berhentif.
7. Partus berlangsung lebih cepat
8. Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin gerakan dan regangan
SBR sehingga tidak ada lagi plasenta yang lepas
Kerugian dari tindakan amniotomi :
a) Tekanan diferensial yang meningkat
disekitar kepala janin bisa menimbulkan cacatnya tulang kepala janin
b) Berkurangnya jumlah cairan amniotik
bisa menambah kompresi tali pusat
c) Amniotomi dini bisa mempercepat
pembukaan cerviks, namun bisa pula menyebabkan berkurangnya aliran darah ke
plasenta. Jadi keuntungan dalam bentuk persalinan yang lebih pendek bisa
terelakkan oleh efek merugikan yang
potensial bisa terjadi pada janin,
seperti misalnya penurunan angka pH darah.beberapa penolong telah mencatat
adanya perubahan dalam pola DJJ setelah dilakukannya amniotomi